Warga Korea Mulai Tinggalkan KFC Hingga McDonald's

Warga Korea Mulai Tinggalkan KFC Hingga McDonald's
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Warga Negeri Gingseng, Korea Selatan, perlahan mulai meninggalkan restoran siap saji seperti McDonald's, KFC, dan Burger King. Kondisi ini pun membuat banyak restoran siap saji sedang mengalami masa-masa sulitnya.

Dihimpun dari Korea Times, kondisi ini terjadi akibat pergeseran selera masyarakat. Pasalnya, kini Warga Korea cenderung menyukai makanan sehat. Ditambah populasi penduduk Korea Selatan semakin menurun secara signifikan sehingga daya jual beli mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Alasan ini pula yang membuat pengusaha enggan mengambil alih soal menjalankan waralaba fast food. Bahkan jika ada, pakar industri mengatakan bahwa perusahaan mungkin akan kesulitan menawarkan harga lebih tinggi.

"Meningkatnya biaya bahan dan tenaga kerja adalah risiko besar, karena sulit bagi rantai makanan cepat saji untuk menaikkan harga demi mengimbangi kenaikan biaya mereka," kata seorang eksekutif perusahaan ekuitas swasta domestik (PEF), yang mengkhususkan diri dalam pembelian waralaba makanan dan minuman (F&B)

Waralaba Tidak Punya Pilihan

Imbas kondisi ini, menurut para analis, waralaba makanan cepat saji di Korea kini tak punya pilihan selain menjual unit usahanya tahun ini untuk menghindari kondisi pasar yang lebih buruk, setidaknya di tahun depan.
"Saya mendengar bahwa KG Group telah menyesali akuisisi KFC Korea," katanya.

Penyesalan ini berasal dari kerugian yang dialami KG Group usai ambil alih operasi dari CVC Capital Partners. Kerugian yang dialami penurunan nilai modal pada 2020.

KG Group dilaporkan putus asa untuk menjual waralaba KFC sekitar 100 miliar won, untuk mengamankan cukup uang untuk membeli SsangYong Motor.

Menyusul upaya yang gagal pada tahun 2016, kantor pusat McDonald's AS meluncurkan upaya lain untuk menjual bisnis Korea-nya.

Namun, calon pembeli keberatan dengan syarat kesepakatan itu. Kerugian operasional McDonald's Korea mencapai 44 miliar won pada 2019, 48,3 miliar won pada 2020, dan 27,7 miliar won pada 2021.***