Pekan Ini, Sekjen PBB Akan Bertemu Zelensky dan Erdogan di Ukraina

Pekan Ini, Sekjen PBB Akan Bertemu Zelensky dan Erdogan di Ukraina
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta Presiden Turki Tayyip Erdogan di Ukraina pada Kamis (18/8).

Juru bicara PBB, menambahkan, pada Jumat (19/8), Sekjen PBB akan melakukan lawatan ke pelabuhan Odesa di Laut Hitam.

Di pelabuhan itu, kegiatan ekspor biji-bijian sudah mulai berlangsung lagi di bawah sebuah kesepakatan yang diperantarai oleh PBB.

Jubir PBB, Stephane Dujarric, mengatakan pada Selasa (16/8) bahwa Guterres akan melakukan pertemuan dengan Zelenskyy di Lviv, Ukraina barat.

Kedua pejabat tinggi itu akan membahas situasi di pembangkit energi nuklir Zaporizhzhia serta upaya menemukan penyelesaian politik bagi konflik Ukraina-Rusia.

Ukraina dan Rusia selama ini saling melemparkan kesalahan atas serangan yang terjadi dekat kilang nuklir tersebut.

Kilang energi nuklir itu berada di Ukraina timur dan kendalinya direbut pasukan Rusia dalam tahap awal invasi mereka pada 24 Februari.

Zaporizhzhia saat ini masih dioperasikan oleh para teknisi Ukraina.

PBB sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya bisa membantu para pengawas dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk melakukan kunjungan dari Kiev.

Namun, Rusia mengatakan misi apa pun yang dilakukan melalui ibu kota Ukraina itu terlalu berbahaya.

Pada Sabtu, (20/8), Guterres akan berkunjung ke Pusat Koordinasi Bersama di Istanbul, yang menghimpun para pejabat dari Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB untuk mengawasi ekspor biji-bijian dan pupuk Ukraina dari Laut Hitam.

Pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam sudah dibebaskan dari blokade pada Juli di bawah kesepakatan yang dicapai antara Moskow dan Kiev.

Kesepakatan yang diperantarai oleh PBB dan Turki itu memungkinkan ratusan ribu ton biji-bijian kembali bisa diekspor.

PBB mengatakan kesepakatan tersebut ditujukan untuk meringankan krisis pangan global yang sedang memburuk.***

Sumber: Reuters