Buky Wibawa

"Nasib Ribuan Seniman Sudah Terjepit untuk Sekedar Menyambung Hidup"

"Nasib Ribuan Seniman Sudah Terjepit untuk Sekedar Menyambung Hidup"
Lihat Foto

WJToday,Bandung,- Puluhan ribu seniman Jawa Barat yang bergerak di seni tradisi maupun seni kontemporer mengalami guncangan hebat akibat dampak pandemi covid-19.

Tak ada panggung tak ada pertunjukan, membuat nasib mereka kini benar benar terjepit. Untuk menyambung hidup, banyak dari mereka yang telah menjual alat alat mereka untuk berkesenian. 

Potensi kehilangan diprediksi sudah menyentuh angka triliunan rupiah. Kehilangan di sini termasuk mata pencaharian maupun karier.

Data tersebut memiliki multiplier effect terhadap berbagai dimensi industri lain yang terkait seni pertunjukan, sebut saja pariwisata dan pendidikan menjadi dua sektor yang paling terpuruk.

Dengan kebijakan work from home, social distancing, PSBB dan yang terbaru PPKM Darurat, tak berlebihan mengatakan jika sektor industri seni pertunjukan secara alamiah akan sangat telak terpengaruh dan selanjutnya mati.

Kami mewawancarai Buky Wibawa Karya Guna, budayawan, penggiat seni dan juga anggota DPRD Jawa Barat untuk mengetahui kondisi dan nasib para seniman kini.

Pria yang akrab disapa Buky Wikagu ini adalah penyanyi di era 1980-an. Ia pernah melahirkan beberapa album diantaranya 'Kau dan Aku' serta  " Cinta Semen Leven". Di luar itu, Buky adalah seorang pencipta lagu. Beberapa karyanya cukup populer. Salah satunya dibawakan Nicky Astria yang juga adalah adik kandung Buky dengan judul 'Lentera Cinta'.

Meski telah menyandang predikat wakil rakyat, kehidupan Buky ternyata tak bisa jauh dari musik. Kecintaannya pada musik membuat ia mendirikan Sekolah Tinggi Musik Bandung (STiMB) pada 2001 bersama dua saudaranya, Nicky dan Dicky Nugraha. 

Sekolah ini adalah kampus untuk mencetak para musisi. Satu-satunya kampus di Jawa Barat yang fokus mengajarkan musik pada mahasiswanya.

Sebagai waki rakyat dengan latar belakang profesi sebagai seniman, Buky memiliki kedekatan dengan para seniman. Dan tahu persis kehidupan para seniman.

Berikut petikan wawancara westjavatoday.com dengan Buky Wibawa :

Bagaimana kondisi kehidupan para seniman kini ?

Beberapa hari lalu saya diundang secara khusus untuk berdialog dengan beberapa orang seniman dari berbagai Kabupaten Kota di Jawa Barat. Diskusi ini diinisiasi oleh Ketua Komisi 3 DPRD Karawang. 

Banyak aspirasi muncul dari kawan kawan seniman tersebut. Para seniman menyampaikan situasi mereka sudah sangat terjepit untuk menyambung hidup, diataranya banyak yang sudah menjual alat alat untuk mereka berkesenian.

Berapa jumlah seniman di Jawa Barat yang terdampak akibat pandemi covid-19 ini ?

Angka pastinya saya tidak punya data. Tapi sebagai gambaran untuk seniman kendang Sunda tidak kurang ada 1000 an. Menurut  Ade Rudiana, di Jawa Barat sudah terdata ada 1000 an . Di Kabupaten & Kota Bandung ada 300 an. Itu data dari Komunitas Kendangers.

Itu baru seniman kendang, belum nayaga, belum penari, juru tembang atau juru kawih. Belum seniman non tradisinya. Kalau satu daerah kabupaten kota rata rata ada 500 seniman, tinggal dikalikan 27. Kira kira ada 13.500 seniman.

Tapi saya yakin jumlahnya lebih besar lagi. Mengingat varian seni kan banyak. Ada seni lukis, sastra, teater, tari, musik, pertunjukan rakyat, karawitan, ukir, dll.

Hal apalagi yang muncul dalam pertemuan tersebut ?

Untuk menyambung hidup saja susah, celakanya para seniman ini banyak yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan soasial. 

Kondisi ini tentu saja  harus menjadi perhatian dan kajian bersama terutama oleh pemerintah.

Apa yang mendesak untuk dilakukan mengatasi nasib para seniman ini ?

Untuk mengatasi hal ini ada beberapa langkah yang harus diambil pertama langkah jangka pendek, bagaimana mengatasi kehidupan para seniman dalam masa PPKM Darurat ini. Kedua, langkah jangka panjangnya seperti apa ?

Seniman ini umumnya penjaga nilai nilai tradisi, mereka gak punya keahlian lain kecuali berkesenian. Seniman itu rata rata penghasilannya harian. Sejak awal pandemi, kehidupan mereka betul betul terpuruk, tidak bisa manggung tentu saja mereka tidak punya penghasilan.

Aspirasi muncul dalam dialog ini, salah satunya mereka bisa tetap muncul di acara pernikahan dengan tentu saja disesuaikan dengan protokol kesehatan. Ini mungkin bisa jadi salah satu jalan keluar.

Tapi yang paling mendesak adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan bantuan sosial. 

Kepada pemerintah provinsi agar bisa mengalokasikan anggaran supaya bisa membantu para seniman ini. Pak Gubernur sudah bilang ada 11 proyek infrastruktur yang dihilangkan atau ditunda. Nah, refocusingnya anggaranya  bisa dialihkan untuk membantu para seniman. Karena mereka tidak punya keahlian lain situasinya sudah sangat memperihatinkan.

Ini yang ingin saya sampaikan, agar pemerintah bisa mendengar dan segera melakukan aksinya.

Pemerintah pusat telah menganggarkan dalam jumlah ratusan triliunan untuk Penanganan Ekonomi Nasional akibat pandemi ini yang dibagi dalam beberapa klaster, apakah ada yang menyentuh kalangan seniman ?

Setahu saya belum, para seniman ini kan tidak bisa masuk ke hal teknis. Justru disinilah peran pemerintah dalam hal ini Disparbud baik di provinsi maupun kabupaten/ kota yang harus maksimal bisa memperjuangkan.

Memang pernah beberapa waktu ada pertunjukan virtual, tetapi kelanjutannya saya tidak tahu. Yang penting itu kan kontinuitas atau keberlanjutannya sepanjang kita sedang mengalami pandemi ini 

Terus juga yang harus dipikirkan bukan semata mata ada pemberian. Karena pemberian ini biasanya  tidak merata karena adanya seleksi atau pilihan. 

Hal ini menurut saya, harus ada bantuan yang disalurkan secara merata ke semua seniman yang sudah terdata. Agar merek bisa menyambung hidup.

Katakanlah dari pusat ada anggaran yang akan disalurkan kepada seniman, disparbud secepatnya harus menyusun database. Karena kaau pendataan melalui RT/RW seniman tidak akan terdata selain waktunya juga lama.

Kalau sudah memiliki databese, teknisnya Disparbud bisa menyisipkan ke data penerima Bansos dari Dinas Sosial. Karena Disparbud tidak bisa menyalurkan.


Kondisi yang dialami oleh para seniman Jawa Barat ini, apakah sudah diketahui oleh para pemangku kebijakan dalam hal ini Gubernur Jawa Barat ?

Saya sudah berkomunikasi dengan Ketua Komisi 5 DPRD Jawa Barat Pak Haris Bobihoe, saya percaya dengan komitmen Pak Haris Bobihoe, dia sangat memperhatikan aspirasi para seniman se Jawa Barat.

Persoalan para seniman ini hampir sama, mereka selama ini mandiri tidak pernah ada bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu saya menghimbau dan mendesak pemerintah untuk segera mendata seniman untuk dijadikan data base. Sekaligus ini juga sebagai ujian bagi pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota untuk memiliki data base seniman.

Melalui Disparbud atau instansi terkait lainnya segera mendata seniman seniman yang terkena dampak akibat pandemi covid 19 ini. Karena peran mereka sangat penting sebagai penjaga gawang, bukan seni tradisi, tapi nilai nilai.

Apakah hal ini sudah disampaikan ke Disparbud Jawa Barat ?

Belum, dalam waktu dekat ini akan saya sampaikan. Tapi melalui Bang Haris mungkin sudah disampaikan. Saya sekali lagi ingin tekankan,  secepatnya pihak Disparbud segera mengambil langkah untuk mendata seluruh seniman seniman yang ada di Jawa Barat berkordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota.

Data base ini penting sebagai langkah awal perlindungan karena kita sudah memiliki UU Pemajuan Kebudayaan yang akan memberikan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan terhadap karya karya yang mereka bikin.

Dalam dialog tersebut, saya juga menyampaikan kepada teman teman seniman dengan adanya pandemi ini menjadi momentum agar para seniman memiliki kekuatan untuk berhimpun. 

Perhimpunan itu penting bagi para seniman baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Perhimpunan ini sebagai wadah kebersamaan, sebagai kekuatan untuk posisi tawar (bergaining) untuk menyuarakan kepentingan bersama.

Selama ini belum ada wadah untuk berhimpun ?

Selama ini seniman bergerak sendiri sendiri. Oleh karenanya tadi,  seniman harus punya kesadaran untuk berhimpun karena memiliki kepentingan yang sama yaitu mengatasi masalah ekonomi. Seniman jadi punya musuh bersama yaitu mengatasi masalah ekonomi. 

Ada momentum untuk melekatkan hubungan diantara para seniman. Bisa nanti bentuknya organisasi profesi atau asosiasi.  Terserah bentuknya apa yang penting membuat para seniman ini nyaman. Sekali lagi, intinya kesadaran ini harus dibangun oleh para seniman. ***