Jadwal Puasa Ayyamul Bidh 17, 18, 19 Desember 2021, Berikut Keutamaannya

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh 17, 18, 19 Desember 2021, Berikut Keutamaannya
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Puasa ayyamul bidh Desember 2021 jatuh pada 13, 14, 15 Jumadil Awal 1442, tepatnya tanggal 17 sampai 19 Desember.

Puasa Ayyamul Bidh adalah amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap umat muslim di dunia. Puasa Ayyamul Bidh juga sering disebut sebagai  puasa  hari-hari putih (ayyamul bidh), karena hari-hari ini juga bertepatan dengan terang bulan atau bulan yang sedang bersinar terang-terangnya.

Tertulis dalam kitab “Umdatul Qari Syarhu Shahihil Bukhari” yang menjelaskan Ayyamul Bidh berasal dari kisah Nabi Adam A.S. Saat Adam turun ke bumi, tubuhnya dalam keadaan hitam. Ketika melakukan puasa selama tiga hari ini, tubuhnya memutih.

Berangkat dari pengertian tadi, Rasulullah SAW memerintahkan kita selaku umatnya untuk berpuasa dalam sebulan minimal tiga kali. Dan yang lebih utama adalah melakukan puasa pada Ayyamul Bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 di setiap bulan Hijriyah. Waktu penetapan puasa Ayyamul Bidh ini berdasarkan pada kalender Qomariyah atau Hijriyah.

Ketentuan puasa Ayyamul Bidh ini dirujuk dari teladan Nabi Muhammad SAW berdasarkan hadis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).

Puasa Ayyamul Bidh dapat dijalankan oleh setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan, ada ketentuan khusus yang harus dipenuhi. Misalnya, perempuan harus berada dalam keadaan suci dan mendapatkan izin dari suami untuk berpuasa sunnah.

Ketentuan menjalankan puasa Ayyamul Bidh sama dengan puasa lainnya, seperti niat dan menahan diri dari lapar dan haus serta hawa nafsu. Dimulai dari terbitnya fajar ketika adzan Subuh sampai terbenamnya matahari ketika adzan Magrib. Niat puasa Ayyamul bidh juga boleh dilakukan saat pagi atau siang hari ketika sudah melewati waktu subuh.

Fadhillah ataupun keutamaan tentang puasa sunnah ayyamul bidh ini sungguh luar biasa besarnya, diantaranya :

Menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari ‘Amr bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“. (HR. Ibnu Majah. No. 209).

Hadits ini menceritakan betapa besar dan agungnya orang yang selalu menghidupkan sunnah Nabi, terlebih lagi sunnah yang ditinggalkan oleh banyak umat manusia. Kita diwajibkan untuk mempelajari dan memahami sunnahnya, mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari kita.

Kita juga harus mengajak serta untuk menyebarkan antara manusia yang lainnya, menganjurkan yang lainnya untuk mengikutinya dan melarang untuk menyelisihinya. Mudah- mudahan kita termasuk umatnya yang insyaallah berusaha istiqamah setia berpegang teguh menjalankan sunnah sunnahnNya.

Berpuasa tiga hari setiap bulannya, kecuali puasa ditanggal 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik) pahalanya sama dengan puasa setahun penuh insyaallah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)

Melakukan puasa tiga hari setiap bulannya seperti melakukan puasa sepanjang tahun. Mengapa? Karena setiap pahala puasa itu, satu kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan. Ketika kita berpuasa tiga hari setiap bulannya sama dengan puasa sebanyak tiga puluh hari setiap bulan.

Jadi seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun. Meskipun terkait pahala hanya Allah SWT lah yang mengetahui, ini hanya sekedar hitungan manusia supaya termotivasi untuk berpuasa sunnah.

Amalan Puasa Khusus untuk Allah

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.

Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?

Pertama, karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabbnya yang tidak nampak di hadapannya”.

Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini, dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.

Kedua, puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat.

Oleh karena itu, Imam Ahmad dan yang lainnya mengatakan, “Dalam puasa itu sulit sekali terdapat riya’ atau ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain”. Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.

Bertambahnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Alasan mengapa melaksanakan puasa bisa menjadikan seorang pribadi yang kualitas keimanannya meningkat dan menjadi seseorang yang lebih bertakwa. Karena pada dasarnya ibadah puasa itu merupakan upaya untuk mengontrol diri dari semua yang membatalkan puasa, bukan hanya makan dan minum saja, tetapi juga dari segala bentuk fikiran, perkataan dan perbuatan hambanya yang tercela.

Sementara takwa itu sendiri merupakan kondisi di mana seorang hamba berusaha  senantiasa melaksanakan apa- apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa- apa yang di larangNya, karena semata- mata hanya mengharapkan ridhaNya.

Perintah langsung dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dikisahkan dalam sebuah riwayat hadits, bahwa dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan secara langsung perihal ibadah puasa ayyamul bidh. Hal inilah  yang menjadi salah satu keutamaan dari puasa ayyamul bidh.

Dalam hadis tersebut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan wasiat untuk seluruh umatnya tentang tiga hal. Dimana tiga hal ini adalah ibadah yang hukumnya sunah akan tetapi pahalanya luar biasa besarnya, dan juga memiliki manfaat luar biasa untuk ketenangan hati dan ketentraman jiwa manusia.

Yaitu berpuasa selama tiga hari setiap bulan, membiasakan untuk melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua rakaat minimal paling sedikit, dan melaksanakan shalat witir sebelum tidur, khawatir tertinggal dengan datangnya waktu shubuh.

Seperti yang kita ketahui bersama, telah dijelaskan bahwa puasa tiga hari setiap bulan atau ayyamul bidh ini dapat membantu mengurangi perbuatan maksiat, dapat menjadi perisai, menundukkan hawa nafsu manusia, amarah, dan perbuatan- perbuatan tercela yang lainnya yang membuat kondisi bathin kita kacau disebabkan perbuatan- perbuatan yang Allah SWT larang.

Oleh karena itu Nabi menganjurkan puasa ayyamul bidh ini salah satunya adalah sebagai sarana diri untuk membentengi diri dari perbuatan maksiat, meredakan emosi yang kita rasakan sehingga tetap terkontrol dan berjalan dengan wajar.

Kemudian pada perintah berikutnya, yaitu sholat dhuha dan witir selain dapat menenangkan jiwa juga dapat mempermudah segala urusan kita di dunia dan menjadi bekal kita untuk di akhirat nanti.***