Epidemiolog Serukan WFH 50 Persen dan PTM Disetop hingga Maret

Epidemiolog Serukan WFH 50 Persen dan PTM Disetop hingga Maret
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mendorong agar pemerintah segera mengevaluasi kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), sekaligus kembali menetapkan kebijakan bekerja dari rumah (WFH) bagi pekerja di tengah geliat naiknya kasus Covid-19 Omicron.

Dicky menilai, dengan banyaknya ditemukan kasus Covid-19 di lingkungan sekolah akhir-akhir ini. Maka kondisi itu cukup sebagai bukti bahwa PTM dengan kapasitas 100 persen di sejumlah daerah masih menjadi risiko tinggi penularan Covid-19.

"Jadi setuju [imbauan Presiden Jokowi soal WFH], bisa WFH 50 persen, dan juga PTM dihentikan sementara setidaknya sampai akhir Maret. Lalu mal kapasitas 75 persen," kata Dicky melalui keterangannya, Jumat (21/1/2022).

Selain itu, ia juga meminta pemerintah kembali mengevaluasi kebijakan relaksasi pada aktivitas publik.

Dicky mendorong agar sektor wisata dalam negeri atau perjalanan antar daerah benar-benar harus dibatasi bagi mereka yang setidaknya sudah menerima vaksinasi lengkap dan tujuh bulan pasca suntikan kedua.

Dicky menambahkan, tingkat keefektifitasan vaksin terhadap varian-varian baru seperti Omicron kemungkinan hanya meminimalisir gejala klinis yang dialami sehingga tidak mengalami perburukan gejala atau bahkan kematian.

Sementara efektivitas vaksin untuk pencegahan terinfeksi dan meminimalisir penularan Covid-19 antarmanusia menurutnya masih belum dipastikan, dan masih perlu penelitian lebih mendalam lagi.

"Namun kegunaan vaksin tetap berfungsi ya. Dan soal kebijakan pembatasan, memang kalau PPKM darurat atau lockdown jelas tidak perlu. Pengetatan tetap diperlukan, namun sekali lagi, kita harus konsisten bahwa aturan dalam PPKM merujuk kepada indikator epidemiologis," kata dia.

Lebih lanjut, Dicky juga menilai bahwa pandemi Covid-19 sepanjang 2022 ini kemungkinan akan menjadi tahun yang sulit diprediksi. Ia menyebut, potensi munculnya gelombang akan sulit diprediksi secara presisi lantaran varian-varian baru memiliki kemampuan yang kadang tidak diduga-duga.

Layaknya varian Omicron, Dicky juga mewanti-wanti bahwa varian ini tetap berbahaya lantaran sejak awal kemunculannya sudah menjadi satu-satunya varian Covid-19 yang langsung dikategorikan VoC.

Padahal, biasanya status varian Covid-19 dinyatakan secara bertahap sesuai dengan tingkat keparahannya dalam mempengaruhi kondisi pengendalian pandemi di suatu negara.

"Dan memang Covid-19 cenderung tidak akan jadi endemik ya. Tren terkini menunjukkan potensinya sebagai penyakit epidemi seperti campak," ujar Dicky.

Sebaran kasus Covid-19 di lingkungan sekolah mulai bermunculan. Di DKI Jakarta Misalnya, temuan kasus Covid-19 sudah menjangkiti 43 sekolah. Dari total sekolah itu, 72 siswa maupun tenaga pendidik dinyatakan positif Covid-19.

Sementara itu, Presiden Jokowi baru-baru ini mengimbau agar masyarakat mengurangi kegiatan di pusat keramaian dan menerapkan WFH untuk mencegah penyebaran Covid-19 varian Omicron.***