Cegah Anak Jadi 'Pembully' dengan Ajarkan Mereka Berempati

Cegah Anak Jadi 'Pembully' dengan Ajarkan Mereka Berempati
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Adanya perbedaan fisik pada anak bibir sumbing dengan anak berpenampilan fisik sempurna, berpotensi menimbulkan kasus bullying. Hal ini sering mereka alami, bahkan bisa berdampak pada gangguan psikis.

Dijelaskan Psikolog Klinis, Sahabat Orang Tua & Anak (SOA) Parenting & Education Support Center Hanlie Muliani, M.Psi, karena adanya perbedaan fisik tersebut, anak bisa mengalami dampak psikis yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Jika dibiarkan terus menerus anak dapat merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.

“Misalnya merasa tidak seberuntung anak-anak lain, merasa diperlakukan tidak adil, hingga mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan bahkan pengucilan," ujarnya saat media briefing Stop Bullying Bibir Sumbing!.

Makanya anak dengan kondisi tersbeut perlu pendampingan psikologis, baik kepada pasien maupun keluarganya. Anak sumbing atau celah langit-langit juga harus didukung sepenuhnya.

Di samping itu, untuk mencegah bullying, orangtua perlu mengedukasi anak-anak dan menumbuhkan empati. Hal ini perlu dilakukan jika si anak berjumpa dengan teman dengan kondisi bibir sumbing atau celah langit-langit.

"Untuk menumbuhkan empati, kita pakai percakapan untuk memancing anak supaya berpikir. Kita beri tahu mereka, di dunia ini enggak ada orang yang bisa merencanakan lahir seperti apa, terutama kondisi fisik."

"Kondisi apapun ini pemberian Tuhan, untuk itu kita edukasi ajak anak untuk memahami bahwa kelahiran itu berbeda. Kita ajarkan anak untuk saling menghargai, walau terkadang sulit, tapi tumbuhkan rasa empati anak ini sejak dini," tambahnya.

Smile Train mencatat, terdapat 540 bayi di dunia dan 1 dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi sumbing dan atau celah langit-langit mulut. Bayangkan berapa anak yang menjadi korban bullying akibat kondisi fisiknya itu.

Deasy Larasati dari Smile Train Indonesia mengatakan, sangat disayangkan jika anak-anak bibir sumbing atau celah langit-langit usia sekolah jadi korban bully. Mereka merasa dikucilkan dan jadi bahan ejekan teman.

"Tentu akan sia-siap kalau mereka berhenti. Waktu kecil belum merasa malu, pas sekolah merasa aneh dan jadi di-bully. Padahal mereka jadi penerus bangsa yang dapat kesempatan untuk dapat pendidikan layak," ujarnya.

Di samping itu, dia juga mengedukasi keluarga maupun anak sumbing atau celah langit-langit ini. Menurut Deasy, masalah fisik yang dialami anak-anak tersebut bukan aib.

"Maka sumbing tidak ada kalitan dengan aib, orangtua dan keluarga kita edukasi dan jangan sampe terlambat untuk penanganan bibir sumbing," tutupnya.***