Buky: Perlu Dukungan Pembangunan Infrastruktur untuk Wujudkan Ketahanan Pangan

Buky: Perlu Dukungan Pembangunan Infrastruktur untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Lihat Foto
WestJavaToday, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) harus menentukan prioritas dalam pemulihan ekonomi. Berdasarkan asas survival, ada tiga pilihan yang bisa menjadi prioritas yakni pangan, energi, dan air. 

Tokoh Jabar yang juga Pengamat Pertanian Sarwono Kusumaatmadja merekomendasikan untuk memprioritaskan masalah pangan. 

“Jadikan pangan sebagai prioritas untuk solusi pemulihan ekonomi sekarang ini. Pengaruh pangan ini multidimensi. Bila kebutuhan pangan terpenuhi, maka semua sektor akan kembali pulih. Jangan mimpi sektor lain akan sukses bila tidak ada makanan,” kata Sarwono, di Bandung, Selasa (8/12/2020). 

Pertanian hortikultura dapat menjadi solusi jangka panjang pascapandemi COVID-19. Pelaksanaannya bisa dengan pertanian berbasis perkotaan sebagai komplimen pertanian hortikultura berbasis desa.  

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Jabar Buky Wibawa mendorong sektor pertanian menjadi salah satu mesin utama penggerak pemulihan ekonomi Jabar.

"Terbukti pertanian jadi salah satu sektor yang tidak terpuruk oleh dampak pandemi, masih bisa bertahan dan tetap tumbuh positif secara ekonomi." kata Buky di Bandung, Sabtu (12/12/2020).

Kondisi saluran irigasi yang terawat di sebuah wilayah Kab Tasikmalaya

Namun Buky mengingatkan, perlunya dukungan banyak faktor untuk mewujudkan hal tersebut. Dia menyebut permodalan, teknologi canggih, bibit unggul, ketersedian lahan, dan lain-lain.

"Tapi jangan diabaikan dukungan pembangunan infrastruktur bagi sektor pertanian." ujarnya.

"Infrastruktur saluran, embung, bendung, serta penunjang lainnya yang vital untuk memenuhi sarana-prasarana sektor pertanian dalam rangka mendongkrak produktivitas para petani," lanjut legislator dari Partai Gerindra ini.

Kontribusi produksi beras Jabar untuk nasional sebesar 16 persen-17 persen atau peringkat ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Jabar pada 2020 sebesar 9.172.700 ton gabah kering giling (GKG) atau sebanyak 5.880.618 ton beras. Sedangkan daya konsumsi warga Jabar sebesar 128 kg perkapita pertahun sehingga untuk memenuhi kebutuhan beras diperlukan 6,4 juta ton.

"Artinya secara riil Jabar sebetulnya masih defisit beras saat ini." kata Buky.

Untuk itu, Buky berharap Pemprov Jabar mengambil langkah nyata dengan salah satunya mendukung pembangunan infrastruktur di sektor pertanian.

"Sungguh ironi ketika berbicara ketahanan pangan melalui sektor pertanian, tapi pihak kami menemukan pintu air diganjal dengan gedebong pisang." tuturnya.

Kondisi memprihatinkan pintu air yang diganjan gedebong pisang di Kab Cirebon

Ia pun menjelaskan sejatinya pintu air seperti itu amat berguna untuk menjaga ketinggian permukaan air sehingga dapat terbagi dengan lebih lancar. Apalagi air amat dibutuhkan untuk sawah-sawah

"Jadi untuk mewujudkan ketahanan pangan harus ada langkah nyata dukungan perbaikan di sektor infrastruktur pertanian juga." tambahnya menegaskan.

Buky mengungkapkan, ketersediaan  air merupakan faktor vital bagi sektor pertanian.

"Jika pengelolaan air untuk pertanian masih bergantung kepada musim, produktivitas jelas tidak akan maksimal. Keberadaan infrastruktur yang memadai kelak akan membantu para petani bertanam sepanjang musim." jelas Buky.

"Jadi tidak tergantung kepada musim hujan saja pola tanamnya, tapi mampu dilakukan sepanjang tahun. Dengan dukungan tekonologi mungkin bisa 3-4 panen setahun." imbuhnya.

Dengan demikian, lanjutnya, produktivitas petani mampu ditingkatkan, sehingga mendongkrak kesejahteraan mereka.

"Dukungan infrastruktur sangat berarti untuk menumbuhkan perekonomian.  Apalagi di masa pandemi, agar pendapatan para petani juga bertambah." ucapnya.

Terakhir, menurutnya Jabar punya peluang mengatasi krisis pangan karena warganya tidak asing dengan pertanian. 

"Jadi, kalau sekarang beberapa negara menutup keran ekspor pertaniannya, ini menjadi peluang bagi kita untuk bisa memenuhi  kebutuhan sendiri, dan kalau mungkin malah kita bisa ekspor," pungkasnya.  ***