Berseteru dengan TNI, Effendi Simbolon Mengaku Terima Teror hingga Ancaman Dibunuh

Berseteru dengan TNI, Effendi Simbolon Mengaku Terima Teror hingga Ancaman Dibunuh
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Anggota Komisi I DPRI RI fraksi PDIP, Effendi Simbolon, mengaku mengalami teror dan intimidasi, bahkan ponsel Effendi terus berdering setelah permasalahannya dengan TNI viral dan menuai protes.

Tak hanya itu, Effendi Simbolon juga mendapatkan ancaman pembunuhan hingga data-data pribadinya ikut disebarkan.

Ditemui di Gedung DPR, Senayang, Jakarta, Effendi Simbolon membeberkan peristiwa yang dialami.

Ia sebelumnya sempat viral lantaran mengkritik TNI seperti gerombolan, lebih-lebih ormas. Perkataan itu pun menuai protes dari para TNI di berbagai daerah.

Namun, setelah memenuhi tuntutan untuk meminta maaf secara terbuka, Effendi masih saja terkena getahnya.

"Mungkin teman-teman lihat sendiri viral-viral, alamat rumah saya dikasih. Kemudian handphone saya 24 jam enggak berhenti-henti berdering," beber Effendi melalui keterangannya dikutip, Jumat (16/9/2022).

Tak hanya dirinya, seluruh keluarga dekatnya juga mendapat ancaman pembunuhan dari pihak yang tak dikenal. Ia pun kini sedang mendata ancaman-ancaman tersebut meski belum berencana menempuh jalur hukum.

"Iya, iya (dapat ancaman). Ancaman nyawa. Semua (keluarga juga kena ancaman). Ada di handphone
saya," tutur Effendi.

"Ada semua saya profiling semua. Nanti pada waktunya saya buka. Enggak, enggak (jalur hukum) jauh di atas hukum."

Adanya perundungan tersebut justru membuat Effendi merasa heran. Ia menilai intimidasi yang begitu masif tersebut terlalu berlebihan jika hanya untuk melawan dirinya seorang.

"Saya kira enggak zamannya lagi hanya seorang Effendi Simbolon kemudian dikepung dengan begitu hebatnya," ujar Effendi.

Namun, ia enggan menjawab ketika ditanya siapa aktor dibalik perundungan yang diterimanya.

Saat disebut nama Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, Effendi hanya menjawab singkat.

"Ya kalau itu kalianlah yang menyikapi sendiri," tandasnya.

Diketahui, Effendi diprotes karena sempat menyinggung dugaan perselisihan antara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan KSAD Dudung.

Ketika itu, ia menghadiri sidang rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Kemenhan dan Panglima TNI, pada Senin (5/9/2022) lalu.

Kecuali Dudung, saat itu Andika Perkasa beserta seluruh kepala staf angkatan hadir di ruang rapat Komisi I DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (5/9/2022)

"Semua ini kita hadir di sini untuk mendapatkan penjelasan dari Panglima TNI, dari KSAD, bukan dari Wakasad. Dan dari Menhan, dalam kaitannya ada apa yang terjadi di tubuh TNI ini?," ujar Effendi, Rabu (14/9/2022).

"Kami banyak sekali temuan-temuan ini, disharmoni, ketidakpatuhan, ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya, tidak ada kepatuhan," tegurnya.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman menerima permintaan maaf Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Simbolon.

Dudung juga menjelaskan tentang isu ketidakharmonisan dirinya dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Dudung kemudian meminta seluruh jajaran TNI untuk menghentikan protes mereka yang ramai-ramai menyatakan penolakan atas ucapan Effendi.

Sebagaimana diketahui, Effendi sempat mengkritik Dudung yang tidak hadir dalam rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Kemenhan dan Panglima TNI pada Senin (5/9/2022) lalu.

Ia menyoroti isu perpecahan antara Dudung dan Andika serta membandingkan TNI dengan gerombolan hingga ormas.

Setelah mendapat desakan dari jajaran TNI di berbagai daerah, Effendi pun meminta maaf atas ucapannya tersebut.

Dalam konferensi pers di Mabes AD, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022), Dudung menyatakan menerima permintaan maaf tersebut.

Ia kemudian menjelaskan bahwa perselisihan antara pemimpin TNI merupakan hal yang wajar.

Namun ini tidak berarti bahwa institusi mereka sedang berada di ambang perpecahan.

Lebih lanjut, Dudung meminta agar jajarannya menghentikan gelombang protes yang sempat disampaikan, karena Effendi sudah memenuhi tuntutan mereka.

"Permintaan maaf Pak Effendi dengan lapang dada saya nyatakan telah menerimanya," kata Dudung.

"Dan saya sampaikan kepada seluruh jajaran agar menghentikan untuk kegiatan-kegiatan untuk menyampaikan secara perorangan dan lain sebagainya."

"Sudah cukup, beliau sudah minta maaf, kita harus lebih dewasa, lebih legowo."

Dudung mengatakan bahwa sebagai anggota TNI, pihaknya sudah terbiasa menerima tantangan yang sulit bahkan mempertaruhkan nyawa.

Menurutnya, pemberitaan maupun ucapan negatif seperti yang dikatakan Effendi bukanlah masalah besar jika dibandingkan risiko di lapangan.

""TNI AD di lapangan sudah terbiasa menghadapi risiko, kalau menghadapi begini biasa-biasa saja, tidak usah dibesar-besarkan," tandasnya.***