ASEAN Ministerial Meeting ke-53 Digelar Virtual 9 hingga 12 September 2020

ASEAN Ministerial Meeting ke-53 Digelar Virtual 9 hingga 12 September 2020
Lihat Foto
WJtoday.com - ASEAN Ministerial Meeting (AMM) atau Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-53 mulai digelar secara virtual pada Rabu (9/9). Vietnam sebagai Ketua ASEAN untuk periode 2020 akan memimpin pertemuan yang berlangsung dari 9 hingga 12 September tersebut. Di mana akan ada 20 pertemuan di sana.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo dan Menlu China, Wang Yi juga dijadwalkan untuk bergabung. 

Melansir CNA, menurut para pengamat politik AMM kali ini tampaknya akan menjadi pertarungan antara AS dan China di Laut China Selatan. Terlebih, beberapa waktu terakhir, China meluncurkan rudal balistik di wilayah tersebut yang meningkatkan ketegangan. 

"Partai Komunis China terlibat dalam pola yang jelas dan intensif untuk menindas tetangganya," ujar Pompeo sebelum pertemuan berlangsung. 

Selama ini, Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya diklaim oleh Beijing tetapi juga diperebutkan oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. 

"Persaingan kekuasaan antara AS dan China kemungkinan akan mencuri perhatian," ujar seorang diplomat senior Asia Tenggara kepada AFP. 

"Amerika Serikat dan China kemungkinan akan menggunakan pertemuan itu sebagai platform untuk saling melempar segalanya," katanya. 

"Negara-negara kecil akan mengatakan kalimat biasa dan kemudian berlindung saat Washington dan Beijing bertempur," tambahnya. 

Meski begitu, ahli politik Asia Tengara di National War College Washington, Zachary Abuza memproyeksikan, tidak akan ada banyak kemajuan terkait pembicaraan di Laut China Selatan. 

Pasalnya, pandemi Covid-19 tampaknya akan menjadi perlindungan bagi China. Mengingat selama ini China telah memberikan banyak bantuan dan janji-janji vaksin kepada negara-negara ASEAN. 

"China telah secara efektif menggunakan bantuan Covid-19 dan janji-janji vaksin dan uji coba di Filipina dan Indonesia untuk benar-benar mencoba menghentikan momentum diplomatik menuju diskusi Laut China Selatan," jelasnya.***