Andi Arief: Siti Fadilah Supari bukan Koruptor dan Penjahat Besar

Andi Arief: Siti Fadilah Supari bukan Koruptor dan Penjahat Besar
Lihat Foto
WJtoday - Usai menjalani perawatan medis di RSPAD Gatot Soebroto, Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari kembali dikirim ke Rutan Pondok Bambu.

Merespon langkah itu, Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Andi Arief menyayangkan sikap Menkumham Yasonna H.Laoly dan anak buahnya.

Ia menilai ada persepsi yang tidak seragam terkait kedaruratan virus corona baru (Covid-19). Apalagi, sepengatahuan Andi Arief, di rutan pondok bambu tercacat sudah ada 50 orang yang positif terjangkit virus Corona.

"Ada baiknya Menteri Yasonna Laoly gunakan diskresi terhadap seorang ibu berusia lebih 70 tahun dengan berbagai penyakit bawaan yang berpotensi terpapar Corona di penjara. Ibu Siti Fadilah bukan koruptor dan penjahat besar. Ada banyak jasanya dalam sistem kesehatan Indonesia," demikian pendapat Andi Arief, Senin 25 Mei 2020.
                                                               
Aktivis 98 ini mengusulkan, dalam menghadapi wabah Covid-19, negara sebaiknya tidak mengharuskan ada izin untuk mengunjungi Siti Fadilah, seperti yang dilakukan terhadap Deddy Corbuzier, terlebih hingga melarang membuat dokumentasi dan mengunggah di media sosial.

"Apalagi isi yang dibicarakan merupakan pengetahuan dan informasi untuk publik, yang sangat berguna bagi rakyat dan pemerintah dalam menghadapi wabah Corona," sesal Andi Arief.

Sebelumnya, Mantan Menkes 2005-2009 itu sempat bersurat kepada Presiden Joko Widodo dan menyampaikan pendapat di media massa. Ia berkali-kali menyampaikan bagaimana strategi dan cara yang tepat menangani wabah flu burung.

"Saya hanya ingatkan, kita semua adalah sasaran dari wabah Corona, seharusnya kita berjuang bersama melawannya, bukannya malah merasa lebih berkuasa dan lebih mampu menghadapi wabah ini. Segera bebaskan Siti Fadilah, pakai ilmu dan pengalamannya untuk kepentingan kita semua, seperti yang pernah ia perjuangkan dan menang melawan wabah Flu Burung dan WHO dulu!", demikian peringatan Andi Arief.

***